Selasa, 07 Juni 2011

Tattoo, Seni Atau Identitas Diri ?

TATO, body painting atau rajah adalah gambar symbol pada kulit tubuh yang di ukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Biasanya gambar dan symbol itu dihias dengan pigmen berwarna-warni. Zaman dulu, orang-orang masih menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional untuk menato seseorang. Orang-orang Eskimo misalnya, memakai jarum dari tulang binatang untuk proses pembuatan rajahnya. Di kuil-kuil Shaolin malah memakai gentong tembaga yang panas untuk mencetak gambit Naga pada kulit tubuh. Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan symbol itu kemudian menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan gambar Naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga pansa itu.
Konon, menurut sejarahnya, tato pada awalnya ditemukan di Egypt Mesir pada waktu pembangunan The Great Pyramids, dan saat orang-orang Egypt memperluas kerajaan mereka, seni dari tato pun ikut menyebar. Perkembangan peradaban dari Crete, Yunani, Persia, dan Arabia semakin memperluas bentuk seni tersebut. Sekirar 3000 SM, seni tato menyebar ke Cina.

Kata tattoo berasal dari Tahitian, “tatu” yang berarti “ untuk menandakan sesuatu”. Maksud dari menato ada bermacam-macam, dari mulai alas an kebudayaan sampai sesuatu yang dianggap modis dan trendi. Tato memiliki sesuatu yang sangat penting dalam sesuatu ritual atau tradisi. Di Borneo (Kalimantan) misalnya, para wanita menato dirinya sebagai symbol yang menunjukan keahlian khusus mereka. Suku Maori di New Zealand membuat tato yang berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat. Menurut mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik. Di kepulauan Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka. Suku Mentawai (Sumatra) memandang tato sebagai suatu hal yang sakral dan berfungsi sebagai simbol keseimbangan alam.
Hampir sama seperti diatas, orang-orang Nuer di Sudan memakai tato untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukan status sosial tertentu.
Sementara itu, di Indonesia, pernah ada masa-masa ketika tato dianggap sebagai sesuatu yang dianggap momok. Setiap orang yang memakai tato dianggap identik dengan penjahat, rampok, gali, dan orang nakal. Anggapan negative seperti ini secara tidak langsung mendapat “pengesahan” di berbagai kota di Indonesia.
Di mana para penjahat kambuhan itu kebanyakan diidenfikasi melalui tato, untuk kemudian ditembak secara rahasia, lalu mayatnya ditaruh dalam karung dan dibuang disembarang tempat seperti sampah. Padahal, tidak semua orang bertato itu penjahat. Tetapi, mengapa sampai terjadi adanya generalisasi seperti? Sayangnya belum ada penelitian mendalam yang bisa menguak pergeseran makna tato dari ukiran dekoratif sebagai penghias tubuh menjadi tanda cap bagi para penjahat.

Tato Dulu Dianggap Tabu Sekarang Trendy
Sebelum tato dianggap sebagai sesuatu yang trendi dan fashionable seperti sekarang ini, tato memang dekat dengan budaya pemberontakan. Anggapan negative masyarakat tentang tato dan larangan memakai rajah atau tato bagi penganut agama tertentu semakin meyempurnakan image tato sebgai sesuatu yang dilarang dan haram. Oleh karena itu, memakai tato sama dengan memberontak terhadap tatanan nilai sosial dan agama yang ada.
Walau dulu tato dianggap hal yang tabu dan jelek, sekarang ini tato dianggap sebagai sesuatu yang modis dan trendi. Tato tai lalat, tato untuk memerahkan bibir, tato alis sampai tato gambar “yang memindahkan canvas lukis” ke seluruh badan. Bahkan, para peminatnya kini bukan hanya pada kalangan biasa atau pada orang-orang iseng yang ingin gagah-gagahan. Para artis kini banyak yang menggunakan tato sebagai aksesori.
Seni tato ternyata mengenal berbagai macam aliran, dan diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu :
1.     Natural, berbagai macam gambar tato berupa pemandangan alam atau bentuk muka.
2.     Treeball, merupakan serangkaian gambar yang dibuat menggunakan blok warna. Tato ni banyak dipakai oleh suku Maori.
3.     Outschool, tato yang dibuat berupa gambar-gambar zaman dulu, seperi perahu jangkar atau simbol yang tertusukl pisau.
4.     Newschool, gambarnya cenderung mengarah ke bentuk graffiti dan anime.
5.     Biomekanic, berupa gambar aneh yang merupakan imajinasi dari teknologi, seperti gambar robot, mesin dll.
Nuansa tato yang kian beranekaragam ini, semakin menambah maraknya dunia tato dan penggemarnya yang secara tidak langsung akan membuat image masyarakat tentang tato menjadi lebih baik, tidak dipandang sesuatu yang tabu lagi. Ini sebagai gambaran kondisi keadaan zaman yang melahirkan konstruksi yang berbeda dari zaman ke zaman.
Bahkan seiring perkembangan dan perubahan pandangan orang mengenai seni tatto ini, di era sekarang menurut survei beberapa lembaga didapatkan data bahwa 65% pengguna tatto adalah perempuan. Mereka mewarnai kulit tubuhnya dengan berbagai ornamen yang memperlihatkan kepribadian mereka. Bahkan orang yang memiliki tatto terbanyak untuk saat ini adalah seorang perempuan, di mana dia memenuhi hampir 100% kulit tubuhnya dengan tatto. Jika dulu dianggap buruk, sekarang tato dianggap sebagai sesuatu yang modern. Kalau era ini berakhir, bukan hal yang mustahil kalau tato bisa dianggap sebagai penunjukan “status kelas sosial”. 

2 komentar:

wah keren,..!!! tinggal d poles lagi dikit,..!!
pasti makin sipbh,.!! :D http://legiandriana.blogspot.com/

Iia kkak, Masih belajar ini juga..
Orang bikin di waktu limit, udah ngantuk soalnya...
:D

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites